Pada hari pembukaan konferensi, Joe Blommaert, president ExxonMobil Low Carbon Solutions, menyajikan presentasi tentang manfaat teknologi dan pendekatan kolaboratif dalam membantu menekan emisi. Dia sekaligus menekankan pentingnya kedua solusi tersebut untuk mencapai sasaran Perjanjian Paris di tengah meningkatnya penggunaan energi dan permintaan atas produk pendukung kehidupan modern di seluruh dunia – khususnya, di Asia Pasifik.

Tambahnya, Asia dapat menjadi model penangkapan dan penyimpanan karbon dengan mengembangkan hub untuk menekan emisi CO2 industri di kawasan tersebut. Dari catatan International Energy Agency, jumlah emisi tersebut melampaui 4 miliar ton pada tahun 2019.

Joe Blommaert membahas peluang CCS Asia pada hari pembukaan acara Singapore International Energy Week

Joe Blommaert membahas peluang CCS Asia pada hari pembukaan acara kombinasi virtual-tatap muka Singapore International Energy Week. Foto oleh: SIEW

“Dari upaya ini, akan tercipta jaringan regional yang menghubungkan industri beremisi tinggi dengan penyimpanan berskala global,” ujar Blommaert.

“Kita semua ingin mengurangi emisi CO2 di dunia, dan cara tercepat untuk mencapainya adalah dengan berfokus pada bidang yang paling banyak menghasilkan emisi, yaitu industri dan pembangkit listrik,” ujarnya.

“Saya yakin jaringan tersebut dapat diterapkan oleh banyak pengguna sekaligus akan berdampak signifikan pada emisi regional dan dapat menjadi model untuk wilayah lain di berbagai belahan dunia.”

Model ini didukung oleh studi terbaru dari Singapore Energy Center, yang memperkirakan bahwa Asia Tenggara memiliki kapasitas penyimpanan sebesar hampir 300 miliar ton.

“Oleh sebab itu, kami mendalami konsep untuk menempatkan hub penangkapan CO2 di beberapa area industri berat Asia Tenggara, kemudian menghubungkannya ke tempat penyimpanan CO2 di kawasan lain,” bebernya.

Seluruh dunia sedang mengembangkan berbagai proyek penangkapan dan penyimpanan karbon berskala besar yang serupa. Di Amerika Serikat, ExxonMobil menjadi salah satu dari 11 perusahaan yang mendukung kemajuan teknologi di Houston, dengan potensi penangkapan dan penyimpanan sekitar 100 juta ton CO2 setiap tahun secara permanen pada tahun 2040.

Blommaert menjelaskan, “100 juta ton setara dengan jumlah CO2 yang dapat diserap oleh hutan seluas 120 juta hektar, atau sekitar satu setengah kali ukuran Malaysia.”

“Asia memang memiliki peluang luar biasa, tetapi memerlukan model yang berbeda,” tambahnya.

Bahu-membahu menghasilkan solusi rendah karbon

Blommaert mengatakan bahwa teknologi rendah karbon dapat mengurangi emisi dari populasi global yang terus meningkat.
Namun, yang paling menarik, CCS dapat diterapkan saat ini juga dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah.

“Populasi dunia diperkirakan akan melebihi 9 miliar orang pada tahun 2050, dan penggunaan produk [yang berasal dari proses manufaktur intensif energi] bukannya akan berkurang, tetapi malah makin banyak,” tambahnya.

Permintaan energi di seluruh dunia terus meningkat.

“Penangkapan dan penyimpanan karbon dapat membantu mengurangi emisi yang dihasilkan dari proses tersebut… dan bisa dimulai sekarang juga.”

Blommaert menegaskan bahwa ada sejumlah upaya krusial untuk mewujudkan peluang penurunan emisi secara signifikan, seperti pendekatan kolaboratif serta interaksi antarnegara dan industri.

“Perubahan iklim terjadi di seluruh belahan dunia, jadi kita semua harus bekerja sama,” ucapnya.

“Tidak ada satu pun perusahaan atau negara yang dapat melakukannya sendirian. Semuanya harus bahu-membahu: antara industri dan pemerintah; sektor swasta dan investasi pemerintah; kebijakan dan peraturan baru; serta dukungan dari masyarakat.”

*Gambar yang disertakan milik SIEW.

Tags

  • icon/text-size
You May Also Like

Jelajahi Selengkapnya

Kotak ini bisa mengubah cara kita membuat energi, ayo lihat!
Ada Sampah Plastik yang Tidak Dapat Didaur Ulang: Bisakah Daur Ulang Mutakhir Mengatasinya?