Permintaan energi di negara-negara Asia Pasifik diperkirakan akan semakin bertambah seiring meningkatnya populasi dan standar hidup masyarakat. Banyak juga negara di kawasan tersebut yang telah menetapkan target netral karbon dalam beberapa dekade ke depan, sebagaimana dinyatakan dalam Persetujuan Paris.
Berbagai perusahaan, termasuk ExxonMobil, terus berkembang untuk mencapai target dengan menciptakan solusi rendah karbon yang dapat mengurangi emisi karbon, misalnya tenaga angin dan surya, teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon, atau carbon capture and storage (CCS).
Di awal tahun ini, ExxonMobil berfokus pada CSS melalui peluncuran bisnis Low Carbon Solutions baru. Solusi ini menargetkan sektor beremisi tinggi yang sulit untuk didekarbonisasi, seperti pembangkit listrik dan manufaktur industri.
CCS akan menangkap CO2 hasil aktivitas industri yang terlepas ke atmosfer. Karbon kemudian akan dikembalikan ke bumi, lalu disimpan jauh di dalam batuan geologi dengan aman dan permanen.
Teknologi yang hemat biaya ini amat penting untuk mengurangi emisi CO2 di lingkungan masyarakat, ujar Fatih Birol, executive director International Energy Agency.
“Pencapaian tujuan adalah hal yang mustahil jika kita tidak menerapkan CCS dalam solusi,” katanya.
Pencapaian tujuan juga memerlukan dukungan dari kebijakan untuk mempercepat investasi yang diperlukan guna menerapkan CCS dalam kecepatan dan skala sesuai standar Perjanjian Paris. Pemerintah harus menetapkan peraturan dan hukum jangka panjang, serta menerapkan kebijakan agar CCS dapat menerima investasi atau insentif langsung yang serupa dengan upaya pengurangan emisi lainnya.
Penetapan harga pasar karbon memegang peranan penting karena akan memberikan kejelasan dan stabilitas yang dibutuhkan untuk mendorong investasi.
Memimpin perkembangan
ExxonMobil telah berpengalaman selama lebih dari tiga dekade dalam teknologi CCS. ExxonMobil adalah perusahaan pertama yang berhasil menangkap lebih dari 120 juta metrik ton CO2, setara dengan emisi yang dihasilkan oleh lebih dari 25 juta mobil dalam satu tahun, dan berhasil menangkap sekitar 40% dari seluruh CO2 yang dihasilkan oleh manusia dalam sejarah.
Bisnis Low Carbon Solutions memanfaatkan pengalaman perusahaan dalam pembuatan hidrogen, yaitu salah satu sumber energi yang kemungkinan besar akan berperan penting dalam beberapa tahun mendatang. ExxonMobil merencanakan investasi sebesar lebih dari US$3 miliar untuk berbagai sumber energi emisi rendah hingga tahun 2025.
Bisnis baru tersebut menunjukkan bahwa “ExxonMobil berkomitmen untuk memenuhi permintaan atas energi yang terjangkau, mengurangi emisi, sekaligus mengelola risiko perubahan iklim,” kata Darren Woods, Chairman dan Chief Executive Officer ExxonMobil. “Kami memiliki keahlian untuk menciptakan dan memasarkan teknologi yang dapat membuat perubahan bermakna.”
LCS sudah mengevaluasi rencana untuk beberapa peluang CCS di berbagai penjuru dunia, misalnya:
- Singapura – ExxonMobil sedang menilai potensi pusat CCS untuk menangkap, memindahkan, dan menyimpan CO2 yang dihasilkan dari aktivitas industri di kawasan Asia-Pasifik. Konsep ini didasarkan pada rencana untuk menangkap emisi CO2 dari fasilitas manufaktur di Singapura.
- Belanda – ExxonMobil tertarik pada proyek Port of Rotterdam CO2 Transportation Hub and Offshore Storage, yang juga dikenal sebagai Porthos. Proyek Porthos bertujuan untuk mengumpulkan emisi CO2 dari berbagai sumber industri, kemudian memindahkannya lewat jalur pipa ke ladang gas alam lepas pantai yang sudah menipis di pantai Laut Utara. Proyek juga diteliti oleh H-Vision, yang sedang melakukan penelitian dalam produksi hidrogen karbon rendah berskala besar di Rotterdam.
- Belgia – ExxonMobil berpartisipasi dalam proyek CCS multi-pemegang saham di Pelabuhan Antwerp, yaitu kluster energi dan bahan kimia terintegrasi terbesar di Eropa. Proyek akan mengumpulkan dan menyimpan emisi CO2 dari berbagai sumber industri.
- Skotlandia – Melalui joint venture sistem SEGAL di Skotlandia Timur Laut, ExxonMobil berencana untuk mendukung proyek Acorn. Proyek ini akan mengumpulkan CO2 dari kompleks pemrosesan gas St. Fergus, lalu memindahkan dan menyimpannya di reservoir gas alam lepas pantai.
- Qatar – ExxonMobil dan Qatar Petroleum bermitra dengan berbagai joint venture yang ada untuk mengoperasikan proyek CCS. Contohnya adalah salah satu proyek di Ras Laffan yang memiliki kapasitas tahunan sebesar 2,1 juta ton metrik ton. Proyek mempelajari berbagai cara untuk terus meningkatkan kapasitas penangkapan karbon di sana.
- Pantai Teluk AS – ExxonMobil sedang mengevaluasi pengembangan konsep pusat CCS berskala besar untuk mendekarbonisasi area industri berat secara efektif di Houston Ship Channel dan sekitarnya.
- Wyoming, AS – ExxonMobil semakin dekat untuk mengantongi izin perluasan fasilitas CCS LaBarge, yang akan dapat menangkap 1 juta metrik ton CO2 tambahan per tahun. Saat ini, proyek menangkap sekitar 7 juta ton CO2 per tahun, yang merupakan jumlah terbanyak dari seluruh fasilitas industri di dunia.
Sejak tahun 2000, ExxonMobil telah menggelontorkan lebih dari $10 miliar untuk mengembangkan dan menerapkan solusi energi rendah emisi dengan efektivitas yang tinggi dalam berbagai operasionalnya. Perusahaan bekerja sama dengan sekitar 80 universitas di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia untuk mempelajari teknologi energi generasi berikutnya.
ExxonMobil juga berkolaborasi dengan berbagai mitra dalam berbagai bidang industri, akademisi, dan pemerintah agar penangkapan CO2 jadi semakin murah dan efisien. Contohnya, perusahaan bekerja sama dengan FuelCell Energy untuk menangkap CO2 dari pabrik industri, dan dengan Global Thermostat untuk menangkap CO2 dari udara.
Riwayat inovasi serta keahlian dalam bidang sains, riset, dan teknologi membuat perusahaan dapat bersaing di kawasan Asia-Pasifik mau pun dunia menuju masa depan rendah karbon.