Bagi Endang, seorang pengusaha boga di Gayam, sebuah desa kecil di Indonesia, kompor merupakan alat yang sangat diperlukan untuk mata pencahariannya, tetapi hanya bila ia  memiliki sumber energi yang andal dan terjangkau sebagai bahan bakarnya.

Di wilayah di mana sebagian besar warganya menggantungkan diri pada kayu dan minyak tanah untuk memasak dan penerangan, belum lama ini Endang dan keluarga lainnya mendapatkan kepastian sumber energi yang berkelanjutan melalui program biogas yang dikembangkan oleh kelompok nirlaba, Yayasan Trukajaya dan ExxonMobil Indonesia.

“Program ini benar-benar telah mengubah hidup saya,” kata Endang. “Saya tidak hanya mendapatkan aliran  gas gratis untuk memasak setiap hari, tetapi juga membuat usaha boga  saya lebih efisien dan memberi kesempatan bisnis ini untuk berkembang dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.”

ExxonMobil telah bertahun-tahun mendukung kemandirian ekonomi yang sedang bertumbuh di Indonesia, khususnya melalui energi biogas terbarukan untuk mendorong berbagai peluang baru.

Penduduk desa dan petani di kawasan Bojonegoro menggunakan reaktor biogas yang memproduksi gas metana yang dihasilkan dari peternakan melalui penghancuran anaerobik. Reaktor yang dipasang di lahan belakang dan lumbung, tidak memerlukan biaya pemeliharaan, yang menjadikannya alternatif yang terjangkau untuk minyak tanah yang mahal. Pembakaran dengan metana juga lebih bersih daripada kayu bakar tradisional, yang melepaskan asap tebal dan abu ke udara.

Peluncuran program awal telah menciptakan momentum yang terus berkembang bersama setiap kisah sukses baru. Sebagai contoh Sutarman, seorang petani berusia 57 tahun. Sutarman menjual telur burung puyuh, tetapi harus merebus telur tersebut lebih dulu menggunakan metana sebagai bahan bakar kompornya.

Namun, sebagai ganti pupuk kandang untuk membuat metana, Sutarman menggunakan kotoran puyuh – yang pada dasarnya menciptakan siklus ekonomi dan lingkungan tanpa akhir dengan satu reaktor tersebut.

“Saya tidak pernah berpikir bahwa mengembangbiakkan burung puyuh dapat menghasilkan api yang ramah lingkungan dan gratis,” ujarnya. “Ini sangat menguntungkan bagi usaha kecil seperti usaha saya.”

Tags

  • icon/text-size
You May Also Like

Jelajahi Selengkapnya

Membuat perbedaan di seluruh Asia Pasifik
Merespon COVID-19 dengan karya adibusana dan kerajinan tangan