Indonesia sedang membangun landasan untuk masa depannya dan diharapkan dapat kembali bangkit dengan percaya diri setelah dampak ekonomi dan sosial akibat COVID-19.

Negara ini masih tetap diperhitungkan  akan menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan tercepat ketiga di dunia.

Seiring dengan pertumbuhannya, negara ini ingin “memupuk siswa-siswa unggul” yang akan tumbuh menjadi pemimpin di masa depan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Asia Pasifik. Indonesia menyoroti berbagai upaya ini selama Bulan Pendidikan Nasional pada bulan Mei.

Momentum ini merupakan  peringatan hari lahirnya  tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yang memprakarsai akses pendidikan  bagi semua anak di negara ini, bukan hanya anak-anak kaya, dengan mengembangkan pijakan untuk masa depan pendidikan di negara ini.

Sejumlah kota di negara ini sudah mendapatkan keuntungan dari perpaduan antara pertumbuhan dan akses ke pendidikan, yang akan memberi Indonesia kesempatan untuk berkompetisi secara global. Sekarang fokusnya adalah memberikan kesempatan yang sama bagi warga negara Indonesia di daerah dan pedesaan yang masih kurang beruntung dalam hal akses ke pendidikan.

Banyak guru di Indonesia berupaya memberikan masa depan yang lebih baik dan meningkatkan angka literasi bagi seluruh siswa di Indonesia.

Mereka mendapat dukungan dari berbagai organisasi seperti Pusat Belajar Guru yang memfasilitasi upaya mereka di Jawa Timur, di wilayah Tuban dan Bojonegoro.

PBG menyediakan tempat bagi para guru untuk mengembangkan proses pengajaran dan pembelajaran inovatif dan kreatif yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Organisasi ini, didukung oleh ExxonMobil Indonesia dan  Dinas Pendidikan setempat, untuk menyediakan sarana bagi para guru di Indonesia dalam rangka  mengubah masa depan siswa mereka.

Salah seorang guru, M. Choirur Rofiq, telah memulai gerakan literasi baru di wilayah Tuban yang disebut dengan gerakan “Haus Membaca, Berani Menulis”. 

Rofiq working with other teachers sitting around table

Rofiq (pusat) telah bekerja dengan guru-guru lain untuk mengembangkan program interaktif untuk mendorong literasi pada siswa. [Gambar ini diambil sebelum penampilan COVID-19]

Gerakan ini mendorong para siswa untuk membaca buku di ruang kelas minimal 15 menit per hari, dan setelah itu mereka harus menuliskan ulang cerita yang mereka baca dengan kata-kata mereka sendiri atau membuat cerita baru, untuk membantu mengasah keterampilan literasi mereka.

Rofiq mengatakan bahwa ia termotivasi meluncurkan program ini setelah mengikuti pelatihan di PBG.

“Di PBG, saya bertemu dengan para guru lain yang juga sama antusiasnya dalam mengerjakan pekerjaan mereka. Semuanya ingin belajar dan berkembang,” ungkap Rofiq.

“Melalui buku, kami dapat berbagi pengetahuan kepada generasi mendatang; itulah sebabnya saya mendorong mereka untuk menulis.”

Di Bojonegoro, Guru bahasa Jawa, Emi Sudarwati, juga mengandalkan PBG  untuk mengasah keterampilannya dan membantu mencetak para siswa di Indonesia.

“Saya juga belajar banyak dari PBG, seperti mengajar siswa-siswa saya dengan cara yang seru,” katanya.

“Saya bangga bisa berbagi pengetahuan dengan sesama guru sebagai jalan untuk meningkatkan kualitas pengajaran kami.”

Emi smiling and holding a book

Emi menulis sebuah buku dengan murid-muridnya tentang metode pengajaran yang inovatif.

Para guru ini meningkatkan keterampilan literasi Indonesia dengan menggunakan PBG sebagai pijakan untuk memberi seluruh siswa di Indonesia kunci menuju masa depan yang cerah.

Tags

  • icon/text-size
You May Also Like

Jelajahi Selengkapnya

Akhmad Rokhim: Dari Jawa ke dunia